Kamis, 17 Januari 2019

SOTEROLOGI



A. Definisi Dosa
B. Asalnya Dosa
C. Aspek-aspek Dosa
D. Akibat Dosa
E. Tujuh Dosa Maut
F. Jalan Keluar Dari Dosa


"Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat,  … . Sesungguhnya dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku" Mazmur 51:6-7

A. Definisi Dosa

Dosa memiliki arti dasar: tidak mengena pada sasaran, meleset dari tujuan, melanggar batas, tidak taat/tidak patuh, melawan atau memberontak. Dosa dapat didefinisikan sebagai pemberontakan secara aktif terhadap Allah Pencipta yang menyebabkan manusia tidak taat, melanggar hukum Allah, dan menyimpang dari tujuan Allah yang menciptakannya. Dosa selalu berkontradiksi dengan kekudusan Allah sehingga tidak dapat dipandang sepele, sebaliknya harus dipandang serius.
Dosa bukanlah sesuatu yang timbul dari sifat kebinatangan manusia karena manusia diciptakan berbeda secara esensial dengan binatang. Dosa juga bukan nafsu fisikal manusia semata-mata. Dosa adalah pemberontakan terhadap Allah dan setelah kejatuhan Adam dalam dosa, dosa melekat pada setiap manusia keturunannya seperti yang diungkapkan oleh Daud, "Sesungguhnya,  …  dalam dosa aku dikandung ibuku."

B. Asalnya Dosa

Hegel pernah mengatakan, "Kejahatan merupakan suatu langkah yang perlu di dalam perkembangan sejarah." Kalimat ini bisa berarti bahwa Allahlah yang menghendaki dosa itu ada dalam sejarah manusia sehingga Ia dapat menunjukkan kebaikan-Nya dan manusia dapat belajar dari kesalahannya. Atau dengan kata lain, dosa berasal dari kekekalan. Pandangan ini keliru karena hanya Allahlah yang berasal dari kekekalan, dandi dalam kekudusan-Nya, tidak mungkin dosa memperoleh tempat. Jika dosa adalah atas kehendak dan prakarsa Allah, pengusiran manusia dari kekudusan Allah merupakan sandiwara terbaik yang pernah ada dalam sejarah manusia. Hal ini dapat berarti bahwa Allah itu kudus sekaligus berdosa. Jika demikian, Allah adalah penipu sebab Ia pernah berkata, "Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, kudus" (/TB Ima 19:2).
Dosa berasal dari Iblis. Iblislah yang pertama kali memberontak terhadap Allah dan ia ingin mengajak manusia ciptaan Allah untuk juga memberontak terhadap Allah. Alkitab berkata, "Barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya" (/TB 1Yo 3:8). Iblis menggoda Hawa untuk melanggar peraturan atau larangan Allah sama seperti yang ia telah lakukan. Selanjutnya, Hawa menggoda Adam untuk menuruti keinginan Iblis. Akhirnya, Iblis berhasil membawa Adam dan Hawa menuruti keinginannya. Rasul Yohanes berkata, "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran" (/TB Yoh 8:44). Memang Allah yang memberi kehendak bebas manusia sehingga manusia bisa memilih menaati Allah atau melawan Allah. Tetapi itu bukan berarti Allah yang menghendaki manusia berdosa. Manusia memberontak dan berbuat dosa atas keinginannya sendiri yang memilih mengikuti keinginan Iblis. Misalnya, seorang bapa membelikan anak remajanya sebuah sepeda motor. Hal ini dilakukannya supaya anaknya dapat lebih luas beraktivitas dan menghemat banyak ongkos transportasi. Namun, anaknya suka menggunakan motor tersebut dengan berkebut-kebutan yang akhirnya membawanya pada kecelakaan yang merenggut nyawanya. Apakah dengan demikian bapanya yang menghendaki kematian anaknya? Tentu tidak. Anaknyalah yang menyalahgunakan apa yang telah diberi oleh bapanya.


C. Aspek-Aspek Dosa

1. DOSA SEBAGAI STATUS
Secara status, sejak Adam dan Hawa, dosa sudah ada di hadapan manusia. Manusia adalah makhluk yang berdosa dan karena itu sekaligus seteru Allah. Semua manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (/TB Rom 3:23). Ada pendapat yang mengemukakan bahwa bayi yang lahir itu seperti kertas yang putih. Akan jadi apa kertas itu nantinya tergantung dari yang menulis dan yang menggambar di atasnya. Pandangan tersebut adalah pandangan yang salah.

Jika manusia berdosa sejak dari kandungan, berarti ketika dilahirkan sebagai bayi, ia pun telah berdosa. Status keberdosaan melekat kepada setiap manusia yang hidup di bumi dan tidak bisa lepas selama Allah sendiri tidak melepaskannya. Status ini pun diikuti oleh rasa bersalah yang nyata, konkret, dan objektif. Seorang terpidana tetaplah seorang terpidana sampai hakim memutuskan bahwa ia tidak lagi menjadi terpidana. Atau ia telah memenuhi tuntutan hukum yang dibebankan kepadanya. Setiap manusia yang berdosa tetap harus mempertanggungjawabkan keberdosaannya di hadapan Allah karena secara legal telah menyeleweng dari standar legal yang telah ditetapkan Allah. Namun, pertanyaan apakah itu berarti bayi yang baru lahir pasti masuk neraka, merupakan masalah yang berbeda. Allah adalah adil dan Ia tahu apa yang terbaik yang harus dilakukan-Nya.

2. DOSA SEBAGAI HABITUS

Dunia tempat manusia dilahirkan adalah dunia yang telah berdosa. Lingkungan tempat manusia dilahirkan ada dalam kondisi berdosa. Hal ini juga memungkinkan semua manusia memiliki kecenderungan berdosa dan kecenderungan berbuat jahat. Kondisi keberdosaan juga menyebabkan manusia menularkan kebiasaan berdosa yang semuanya membawa kebobrokan. Bergaul dengan orang fasik/jahat akan menyebabkan orang juga menjadi fasik (/TB Ams 11:9). Seseorang yang dibesarkan dan tinggal dalam lingkungan yang jahat akan mudah untuk jatuh dalam kejahatan, apalagi pada dasarnya ia juga sudah jahat. Jika demikian, tidak seorang manusia pun dapat lolos dari dosa.

3. DOSA SEBAGAI AKTUS

Dosa adalah sesuatu yang sifatnya pribadi. Artinya, dosa merupakan sesuatu yang dilakukan manusia secara pribadi. Manusia selalu melakukan dosa secara aktif. Itulah sebabnya semua manusia memiliki pengalaman berbuat dosa. Semua tindakan manusia selalu menuju kepada pelanggaran terhadap ketetapan Allah. Perbuatan dosa harus dipertanggungjawabkan kepada Allah secara pribadi.

D. Akibat Dosa

1. KEMATIAN ROHANI

Allah mengusir manusia dari hadapan-Nya, dan Ia tidak membiarkan manusia yang berdosa ada dalam persekutuan dengan-Nya (/TB Kej 3:24). Ini merupakan bagi manusia sebab pada dasarnya manusia diciptakan untuk berhubungan dengan penciptanya. Roh manusia yang diberikan oleh Allah mengalami keterpisahan dari Roh Allah yang hidup. Kematian ini juga menyebabkan manusia kehilangan kemuliaan Allah yang melekat kepadanya (/TB Rom 3:23; Efe 2:1).

2. KEMATIAN JASMANI

Semula Allah tidak menciptakan manusia untuk mati dan kembali menjadi tanah, tetapi dosa menyebabkan manusia pasti mengalami kematian dan menjadi tanah kembali. Alkitab mencatat, "Dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah" (/TB Kej 3:19). Kehilangan kemuliaan Allah menyebabkan kualitas tubuh manusia menurun drastis. Kematian jasmani merupakan konsekuensi dari keberdosaan manusia, seperti dikatakan oleh Paulus, "Sebab upah dosa ialah maut" (/TB Rom 6:23).

3. RUSAKNYA HUBUNGAN DENGAN SESAMA

Manusia adalah serigala bagi sesamanya. Ungkapan ini ada benarnya karena berdasarkan fakta manusia bisa saling merugikan dan saling mencelakakan di dalam upayanya mempertahankan hidup dan mengejar kesenangan hidup. Hubungan antar manusia tidak lagi harmonis sejak fakta kejatuhan dalam dosa. Manusia saling mempersalahkan (/TB Kej 3:12-13). Peristiwa Kain membunuh Habel merupakan bukti selanjutnya. Sejak saat itu manusia selalu harus berhati-hati dalam berhubungan dengan sesamanya. Memang ada pepatah mengatakan bahwa tak kenal maka tak sayang. Pepatah ini hanya memiliki separuh kebenaran. Kebenaran yang melengkapinya adalah tak kenal, maka tak benci. Kalau mau jujur, orang-orang yang berselisih tajam, saling membenci, saling mengecewakan, bahkan saling membunuh, umumnya adalah orang-orang yang saling kenal, bahkan tidak jarang mereka mempunyai kedekatan secara emosional. Manusia menjadi makhluk yang tinggi egosentrisnya, dan itu sebabnya mengapa manusia menjadi sulit bersekutu dengan sesamanya. Keadaan ini sebenarnya bersumber dari rusaknya hubungan manusia dengan Allah sehingga manusia tidak tahu membedakan manakah kehendak Allah dan manakah yang bukan. Semuanya hanya menuruti hawa nafsunya sendiri.

4. RUSAKNYA KEHARMONISAN ANTARA MANUSIA DENGAN ALAM

Pada mulanya Allah menciptakan manusia dan seluruh alam semesta dalam keadaan yang harmonis dan sungguh amat baik. Alkitab mencatat, "Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik" (/TB Kej 1:31). Manusia membutuhkan alam untuk mengaktualisasikan dirinya dan alam membutuhkan manusia untuk memelihara dan menatanya. Manusia dan alam memiliki hubungan interdependensi yang kuat dan erat. Namun, dosa menyebabkan manusia tidak mampu memelihara dan mengusahakan alam, tetapi justru semena-mena karena keserakahannya. Teknologi yang dibuat manusia cenderung ditujukan untuk merusak alam sehingga dunia sekarang dihantui oleh krisis lingkungan hidup seperti bocornya ozon, banjir karena gundulnya hutan, efek rumah kaca, dan sebagainya yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, kesengsaraan bahkan kepunahan makhluk hidup, terkikisnya kekayaan, krisis air bersih, dan sebagainya.
Persoalan utama bukanlah karena alam pada dasarnya tidak baik, tetapi karena manusia yang menyebabkan alam tidak lagi harmonis dan seimbang. Bukankah tugas mengelola dan memelihara bumi ada pada pundak manusia (/TB Kej 1:28; 2:15)? Krisis lingkungan diciptakan oleh manusia dan membawa ancaman bagi manusia sendiri. Bumi saat ini sedang diantar oleh manusia menuju kehancuran dan kemusnahan.

5. MANUSIA AKRAB DENGAN PENDERITAAN KARENA DOSA.

Waktu manusia jatuh dalam dosa Allah berfirman, "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu,  …  maka terkutuklah tanah karena engkau, dengan bersusah payah engkau akan mencari rejekimu,  …  dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu sampai engkau kembali lagi menjadi tanah" (/TB Kej 3:16-19). Karena keberdosaannya, manusia akan akrab dengan penderitaan fisik dan psikis seumur hidupnya. Saya tidak mengatakan bahwa sejak bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus manusia tidak lagi akan sakit dan menderita. Keputusan untuk mengikut Tuhan juga diiringi dengan penderitaan yang harus dipikul. Namun, penderitaan bersama Kristus justru mendatangkan kemuliaan surgawi, sementara penderitaan karena dosa akan mendatangkan kesengsaraan kekal. Pengertian penderitaan di sini adalah sejak manusia jatuh dalam dosa, Allah membiarkan manusia mengalami banyak penderitaan sehingga penderitaan menjadi akrab dengan manusia seumur hidupnya. Akibat dosa ialah hukuman dan penderitaan

6. HUKUMAN KEKAL

Dosa mendatangkan maut dan kebinasaan. Allah telah menyiapkan hukuman kekal sebagai tempat kekal manusia yang tidak kembali kepada-Nya, yaitu neraka. Di dalam neraka, manusia mengalami keterpisahan dari Allah. Tempat ini merupakan tempat yang mengerikan di mana manusia tidak akan pernah mati lagi secara fisik. Ia akan menderita karena ada api yang tak terpadamkan, ratap tangis dan kertakan gigi, ada kegelapan yang mengerikan serta ada ulat yang terus-menerus menggerogoti tubuh manusia berdosa. Jika manusia sudah masuk dalam neraka, ia tidak mungkin dapat keluar lagi, tidak mungkin ada kesempatan untuk bertobat.

E. Tujuh Dosa Maut

Apabila dikatakan tujuh dosa maut, bukan berarti dosa yang lain tidak berakibat kepada maut. Istilah ini menunjukkan bahwa inilah jenis dosa yang sering membuat manusia tidak mengalami kebahagiaan yang seharusnya, dan inilah jenis dosa yang biasa akrab menghampiri setiap orang.

1. KESOMBONGAN

Sombong bukan saja berarti seseorang begitu memamerkan apa yang dimiliki dan tidak dimilikinya (tinggi hati), tetapi juga berarti ia tidak percaya akan apa yang dimilikinya (minder). Kesombongan (juga minder) adalah satu ekspresi dari sikap hidup yang berpusatkan pada diri sendiri. Dosa ini mempunyai ciri menolak realita yang ada dan menipu diri sendiri, kemudian menempatkan diri pada suatu keadaan yang bukan seharusnya. Amsal berkata, "Kecongkakan mendahului kehancuran" (/TB Ams 16:18; 18:12). Bapak gereja, Agustinus pernah berkata, "Manusia yang menyenangkan dirinya sendiri bukanlah orang yang akan kehilangan segalanya, tetapi ia adalah orang yang mendekati kehampaan." Kesombongan mencemari segala yang disentuhnya, menghambat pertumbuhan rohani, dan menciptakan ketegangan baik dalam diri sendiri maupun dalam diri orang lain.

Kesombongan adalah dosa dasar yang menyebabkan perpisahan dari Allah, dari diri kita sendiri, dari orang lain, dan dari kemegahan hidup sebagai orang yang menyaksikan berkat Allah. Norman Wright berpendapat bahwa kesombongan membuat orang sukar diberkati Tuhan, dan membuat sukar membangun keluarga bahagia.

2. IRI HATI

Karena iri hati, Kain membunuh Habel. Sikap yang secara tiba-tiba menjadi tidak senang atas keberhasilan orang lain, tidak senang atas kelebihan orang lain, serta menolak untuk puas dengan apa yang dimilikinya sendiri, itulah iri hati. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa iri hati merupakan suatu perasaan tidak puas dengan diri sendiri dan ketidakmampuan untuk menerima kebaikan dan kelebihan orang lain. Reputasi orang lain menyinggung harga dirinya. Iri hati juga menunjukkan bahwa seseorang masih hidup dalam kedagingan (/TB Gal 5:20).

3. AMARAH

Alkitab mencatat, "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu" (/TB Efe 4:26). Itu artinya, setiap orang bisa saja marah, tetapi bukan berarti memendam kemarahan itu sehingga menjadi kebencian yang mendalam, dan marah itu semakin menjadi-jadi sehingga bisa merugikan diri sendiri dan orang lain. Kemarahan bisa timbul karena sesuatu yang kita inginkan tidak kesampaian atau terhalangi. Seseorang menjadi marah itu normal, tetapi sikap sebagai seorang pemarah adalah sesuatu yang tidak normal, bahkan Alkitab menganjurkan agar menjauhi dan tidak memberi tempat pada si pemarah (/TB Ams 21:19; 29:22; 1Ko 13:5; 1Ti 3:3; Tit 1:7). Amarah yang menjadi dosa ialah jika tidak bisa menerima kenyataan dan akhirnya melawan kenyataan dengan tindakan yang tidak wajar. Amarah yang menimbulkan dosa adalah amarah yang muncul dan dibarengi dengan keinginan untuk mewujudkannya, yang cenderung ingin merusak atau menimbulkan kerusakan hubungan atau sesuatu. Marah bisa dinyatakan kepada diri sesama juga kepada Tuhan.

4. KETAMAKAN

Sikap egosentris manusia membentuk suatu sifat tamak. Tamak berarti tidak puas dengan apa yang sudah dimiliki dibarengi dengan keinginan yang kuat untuk memiliki segala sesuatu yang mungkin menjadi miliknya, walaupun sesuatu itu bukan kebutuhannya. Jika keinginan itu menguasai diri seseorang, tindakan untuk memperoleh sesuatu tersebut akan diikuti dengan sikap menghalalkan segala cara. Biasanya ketamakan berakar dari keinginan untuk menguasai harta dan perasaan kuat ingin dihargai oleh setiap orang. Paulus berkata, "Akar segala kejahatan adalah cinta akan uang" (/TB 1Ti 6:10). Ketamakan bukanlah sikap kristiani karena sikap ini membentuk sikap lebih mementingkan diri dan harta ketimbang Tuhan dan sesama. Karena itu, Yesus pernah berkata, "Berjaga-jagalah dan waspada terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seseorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu" (/TB Luk 12:15).

5. NAFSU SEKSUAL

Nafsu seksual ditunjukkan dengan gejala tidak puas terhadap pasangan resmi yang diberikan oleh Tuhan, dan tidak tertarik pada satu pasangan saja. Nafsu seperti ini sangat mengganggu, khususnya bila berkaitan dengan hidup pernikahan, keluarga, dan urusan kasih sayang pribadi. Dunia sekarang membuat nilai-nilai moral mengalami degradasi yang tajam sehingga membawa orang semakin biasa mengumbar hawa nafsu seksualnya. Perselingkuhan, seks pranikah, dan seks bebas menjadi semakin akrab dengan lingkungan di sekitar kita. Semakin banyak orang yang menganggap bahwa hal mengumbar nafsu seperti bukan lagi merupakan hal yang berdosa yang dapat mengganggu nurani seseorang. Alkitab menjelaskan bahwa hal seperti itu tidak berkenan di hadapan-Nya. Daud jatuh karena nafsu seksual yang disalurkan pada orang yang tidak tepat. Kejatuhan Salomo juga bermula dari ketidakmampuan untuk menahan nafsu seksualnya. Dosa ini rentan terjadi bagi setiap orang di sepanjang segala zaman. Tampaknya sebagai suatu kebetulan analogi ini. Huruf mati dari nafas adalah n-f-s. Huruf mati nafsu juga adalah n-f-s. Karena itu, setiap orang yang bernafas pasti mempunyai nafsu. Orang perlu menguasai dirinya agar tidak terjebak dalam nafsunya. Tidak terkecuali orang percaya, perlu betul-betul mengandalkan kuasa Tuhan dan kesadaran diri yang penuh untuk dapat menguasai dan mengontrol nafsu ini. Sekali manusia jatuh dalam hal ini, ia segera menjadi hamba dosa ini (/TB Yoh 8:34), namun tentu saja pintu pertobatan tetap terbuka di dalam Yesus Kristus.

6. KEMALASAN

Kemalasan dapat dirumuskan sebagai tidak mau bekerja atau mengerjakan sesuatu, segan, tidak bernafsu. Kata ini tidak saja mengandung arti kemalasan dalam hal-hal kerohanian, tetapi juga sikap apatis dan tidak aktif dalam kegiatan kristiani. Alkitab memberikan peringatan mengenai dosa kemalasan. Kemalasan mendatangkan tidur nyenyak dan kemiskinan. Kemalasan merusak dan membunuh si pemalas. Kemalasan menyebabkan cara hidup yang negatif, hidup yang tidak berguna, dan tidak efektif.

Tuhan tidak melarang kita untuk beristirahat. Ia bahkan memberikan hari perhentian-Nya bagi setiap orang percaya. Sebagaimana teladan-Nya setelah berkarya menciptakan langit dan bumi, Ia berhenti pada hari ketujuh. Semut dapat dijadikan contoh. Sebagai makhluk hidup yang begitu kecil, ia dapat memanfaatkan energi dan sumber-sumber kehidupan secara ekonomis. Betapa malangnya manusia yang malas. Padahal Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk hidup yang paling mulia dari segala ciptaan-Nya. Malas adalah satu sikap di mana seseorang tidak ingin melakukan apa pun juga. Malas juga merupakan sikap di mana seseorang enggan untuk melakukan segala sesuatunya dengan maksimal. Bahkan dalam perumpamaan Tuhan Yesus mengenai talenta, malas adalah sikap di mana seseorang memiliki talenta dan karunia dari Tuhan, tetapi tidak menggunakannya atau mendayagunakannya (/TB Mat 25:26). Sikap malas melemahkan pikiran dan kehendak seseorang sehingga tidak memiliki aktivitas yang berarti. Sikap malas ini membuat seseorang hanya melakukan hal-hal yang menyenangkan saja, yang enak dan semuanya hari ini, tanpa memikirkan dengan serius masa depannya. Alkitab mengatakan bahwa orang yang malas adalah saudara dari perusak (/TB Ams 18:9). Orang malas punya banyak keinginan tetapi sia-sia bahkan ia dibunuh oleh keinginannya (/TB Ams 13:4; 21:25). Sifat ini pada akhirnya akan menyeret seseorang pada rupa-rupa kejahatan yang dilatarbelakangi kemiskinan akibat kemalasan atau karena ingin jalan pintas. Karena keinginan yang menguasai mereka sedangkan mereka tidak ingin bekerja keras, mereka akan terdorong untuk melakukan kejahatan. Allah ingin agar si pemalas belajar dari semut (/TB Ams 6:6).

7. KERAKUSAN

Kerakusan adalah ekspresi manusia yang kehidupannya hanya mementingkan diri sendiri. Sifat ini adalah ekspresi dari seseorang yang hanya mementingkan harta di atas segalanya. Pikirannya semata-mata tertuju kepada perkara duniawi (/TB Fili 3:19).

F. Jalan Keluar dari Dosa

Bapak gereja Agustinus pernah berkata, pertama, bahwa dosa itu realitas yang tak dapat dihindari oleh manusia. Hal ini senada dengan ungkapan Paulus yang berkata bahwa semua manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (/TB Rom 3:23). Kedua, manusia secara pribadi bertanggung jawab dan tak dapat membenarkan diri dengan berbagai alasan dan perbuatan. Semua perbuatan dosa manusia akan mendatangkan hukuman yang mengerikan bagi manusia.
Oleh karena itu, manusia perlu mengetahui jalan keluar dari dosa. Jalan keluar dari dosa dan hukuman dosa tidak dapat dikerjakan dan diusahakan oleh manusia. Artinya, sekalipun manusia berbuat banyak amal dan kebajikan, tetap saja ia tidak akan mampu membawanya bebas dari konsekuensi dosa karena secara esensial dirinya masih berada dalam status berdosa. Manusia juga tidak dapat terhindar dari konsekuensi dosa hanya karena melakukan banyak ibadah dan usaha-usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah. Jalan keluar dari dosa hanya dapat dikerjakan oleh Allah sendiri. Karya Allah, yang akhirnya disebut sebagai jalan keluar dari dosa disebut pengampunan dosa. Pengampunan dosa itu adalah karya Allah yang terjadi karena anugerah-Nya. Dr. BJ. Boland mengatakan bahwa pengampuan dosa itu sekali-kali tidak berarti bahwa Allah itu membiarkan serta memaafkan begitu saja dosa-dosa manusia.

Tetapi siapa yang pernah berhadapan dengan Salib Kristus, ia sadar bahwa anugerah Allah itu tidaklah murah. Pengampunan dosa itu terjadi karena Allah sendiri harus tetap menghukum dosa, oleh karena itu Yesus Kristus harus mati demi pembebasan manusia dari dosa. Demikianlah, Allah berkata bahwa siapa yang percaya kepada Kristus akan beroleh hidup kekal dan tidak memperoleh hukuman (/TB Yoh 3:16). Karena itu  —  sekali lagi, jalan keluar dari dosa hanya bisa diterima dalam iman kepada Yesus Kristus yang mati untuk menebus kita dari hukuman dosa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar