A. Definisi Dosa
B. Asalnya Dosa
C. Aspek-aspek Dosa
D. Akibat Dosa
E. Tujuh Dosa Maut
F. Jalan Keluar Dari Dosa
"Terhadap
Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang
Kauanggap jahat, … . Sesungguhnya dalam kesalahan aku diperanakkan,
dalam dosa aku dikandung ibuku" Mazmur 51:6-7
A.
Definisi Dosa
Dosa memiliki arti dasar: tidak mengena pada sasaran, meleset dari
tujuan, melanggar batas, tidak taat/tidak patuh, melawan atau memberontak. Dosa
dapat didefinisikan sebagai pemberontakan secara aktif terhadap Allah Pencipta
yang menyebabkan manusia tidak taat, melanggar hukum Allah, dan menyimpang dari
tujuan Allah yang menciptakannya. Dosa selalu berkontradiksi dengan kekudusan
Allah sehingga tidak dapat dipandang sepele, sebaliknya harus dipandang serius.
Dosa bukanlah sesuatu yang timbul dari sifat kebinatangan manusia
karena manusia diciptakan berbeda secara esensial dengan binatang. Dosa juga
bukan nafsu fisikal manusia semata-mata. Dosa adalah pemberontakan terhadap
Allah dan setelah kejatuhan Adam dalam dosa, dosa melekat pada setiap manusia
keturunannya seperti yang diungkapkan oleh Daud, "Sesungguhnya,
… dalam dosa aku dikandung ibuku."
B.
Asalnya Dosa
Hegel pernah mengatakan, "Kejahatan merupakan suatu langkah
yang perlu di dalam perkembangan sejarah." Kalimat ini bisa berarti bahwa
Allahlah yang menghendaki dosa itu ada dalam sejarah manusia sehingga Ia dapat
menunjukkan kebaikan-Nya dan manusia dapat belajar dari kesalahannya. Atau
dengan kata lain, dosa berasal dari kekekalan. Pandangan ini keliru karena
hanya Allahlah yang berasal dari kekekalan, dandi dalam kekudusan-Nya, tidak
mungkin dosa memperoleh tempat. Jika dosa adalah atas kehendak dan prakarsa
Allah, pengusiran manusia dari kekudusan Allah merupakan sandiwara terbaik yang
pernah ada dalam sejarah manusia. Hal ini dapat berarti bahwa Allah itu kudus
sekaligus berdosa. Jika demikian, Allah adalah penipu sebab Ia pernah berkata,
"Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, kudus" (/TB Ima 19:2).
Dosa berasal dari Iblis. Iblislah yang pertama kali memberontak
terhadap Allah dan ia ingin mengajak manusia ciptaan Allah untuk juga
memberontak terhadap Allah. Alkitab berkata, "Barangsiapa yang tetap
berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya"
(/TB 1Yo 3:8). Iblis menggoda Hawa untuk melanggar peraturan atau larangan
Allah sama seperti yang ia telah lakukan. Selanjutnya, Hawa menggoda Adam untuk
menuruti keinginan Iblis. Akhirnya, Iblis berhasil membawa Adam dan Hawa
menuruti keinginannya. Rasul Yohanes berkata, "Iblislah yang menjadi
bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh
manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak
ada kebenaran" (/TB Yoh 8:44). Memang Allah yang memberi kehendak bebas
manusia sehingga manusia bisa memilih menaati Allah atau melawan Allah. Tetapi
itu bukan berarti Allah yang menghendaki manusia berdosa. Manusia memberontak
dan berbuat dosa atas keinginannya sendiri yang memilih mengikuti keinginan
Iblis. Misalnya, seorang bapa membelikan anak remajanya sebuah sepeda motor.
Hal ini dilakukannya supaya anaknya dapat lebih luas beraktivitas dan menghemat
banyak ongkos transportasi. Namun, anaknya suka menggunakan motor tersebut
dengan berkebut-kebutan yang akhirnya membawanya pada kecelakaan yang merenggut
nyawanya. Apakah dengan demikian bapanya yang menghendaki kematian anaknya?
Tentu tidak. Anaknyalah yang menyalahgunakan apa yang telah diberi oleh bapanya.
C.
Aspek-Aspek Dosa
1.
DOSA SEBAGAI STATUS
Secara status, sejak Adam dan Hawa, dosa sudah ada di hadapan
manusia. Manusia adalah makhluk yang berdosa dan karena itu sekaligus seteru
Allah. Semua manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah
(/TB Rom 3:23). Ada pendapat yang mengemukakan bahwa bayi yang lahir itu
seperti kertas yang putih. Akan jadi apa kertas itu nantinya tergantung dari
yang menulis dan yang menggambar di atasnya. Pandangan tersebut adalah
pandangan yang salah.
Jika manusia berdosa sejak dari kandungan, berarti ketika
dilahirkan sebagai bayi, ia pun telah berdosa. Status keberdosaan melekat
kepada setiap manusia yang hidup di bumi dan tidak bisa lepas selama Allah
sendiri tidak melepaskannya. Status ini pun diikuti oleh rasa bersalah yang
nyata, konkret, dan objektif. Seorang terpidana tetaplah seorang terpidana
sampai hakim memutuskan bahwa ia tidak lagi menjadi terpidana. Atau ia telah
memenuhi tuntutan hukum yang dibebankan kepadanya. Setiap manusia yang berdosa
tetap harus mempertanggungjawabkan keberdosaannya di hadapan Allah karena
secara legal telah menyeleweng dari standar legal yang telah ditetapkan Allah.
Namun, pertanyaan apakah itu berarti bayi yang baru lahir pasti masuk neraka,
merupakan masalah yang berbeda. Allah adalah adil dan Ia tahu apa yang terbaik
yang harus dilakukan-Nya.
2.
DOSA SEBAGAI HABITUS
Dunia tempat manusia dilahirkan adalah dunia yang telah berdosa.
Lingkungan tempat manusia dilahirkan ada dalam kondisi berdosa. Hal ini juga
memungkinkan semua manusia memiliki kecenderungan berdosa dan kecenderungan
berbuat jahat. Kondisi keberdosaan juga menyebabkan manusia menularkan
kebiasaan berdosa yang semuanya membawa kebobrokan. Bergaul dengan orang
fasik/jahat akan menyebabkan orang juga menjadi fasik (/TB Ams 11:9). Seseorang
yang dibesarkan dan tinggal dalam lingkungan yang jahat akan mudah untuk jatuh
dalam kejahatan, apalagi pada dasarnya ia juga sudah jahat. Jika demikian,
tidak seorang manusia pun dapat lolos dari dosa.
3.
DOSA SEBAGAI AKTUS
Dosa adalah sesuatu yang sifatnya pribadi. Artinya, dosa merupakan
sesuatu yang dilakukan manusia secara pribadi. Manusia selalu melakukan dosa
secara aktif. Itulah sebabnya semua manusia memiliki pengalaman berbuat dosa.
Semua tindakan manusia selalu menuju kepada pelanggaran terhadap ketetapan
Allah. Perbuatan dosa harus dipertanggungjawabkan kepada Allah secara pribadi.
D.
Akibat Dosa
1.
KEMATIAN ROHANI
Allah mengusir manusia dari hadapan-Nya, dan Ia tidak membiarkan
manusia yang berdosa ada dalam persekutuan dengan-Nya (/TB Kej 3:24). Ini
merupakan bagi manusia sebab pada dasarnya manusia diciptakan untuk berhubungan
dengan penciptanya. Roh manusia yang diberikan oleh Allah mengalami
keterpisahan dari Roh Allah yang hidup. Kematian ini juga menyebabkan manusia
kehilangan kemuliaan Allah yang melekat kepadanya (/TB Rom 3:23; Efe 2:1).
2.
KEMATIAN JASMANI
Semula Allah tidak menciptakan manusia untuk mati dan kembali
menjadi tanah, tetapi dosa menyebabkan manusia pasti mengalami kematian dan
menjadi tanah kembali. Alkitab mencatat, "Dengan berpeluh engkau akan
mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah" (/TB Kej
3:19). Kehilangan kemuliaan Allah menyebabkan kualitas tubuh manusia menurun
drastis. Kematian jasmani merupakan konsekuensi dari keberdosaan manusia,
seperti dikatakan oleh Paulus, "Sebab upah dosa ialah maut" (/TB Rom
6:23).
3.
RUSAKNYA HUBUNGAN DENGAN SESAMA
Manusia adalah serigala bagi sesamanya. Ungkapan ini ada benarnya
karena berdasarkan fakta manusia bisa saling merugikan dan saling mencelakakan
di dalam upayanya mempertahankan hidup dan mengejar kesenangan hidup. Hubungan antar
manusia tidak lagi harmonis sejak fakta kejatuhan dalam dosa. Manusia saling
mempersalahkan (/TB Kej 3:12-13). Peristiwa Kain membunuh Habel merupakan bukti
selanjutnya. Sejak saat itu manusia selalu harus berhati-hati dalam berhubungan
dengan sesamanya. Memang ada pepatah mengatakan bahwa tak kenal maka tak
sayang. Pepatah ini hanya memiliki separuh kebenaran. Kebenaran yang
melengkapinya adalah tak kenal, maka tak benci. Kalau mau jujur, orang-orang
yang berselisih tajam, saling membenci, saling mengecewakan, bahkan saling
membunuh, umumnya adalah orang-orang yang saling kenal, bahkan tidak jarang
mereka mempunyai kedekatan secara emosional. Manusia menjadi makhluk yang
tinggi egosentrisnya, dan itu sebabnya mengapa manusia menjadi sulit bersekutu dengan
sesamanya. Keadaan ini sebenarnya bersumber dari rusaknya hubungan manusia
dengan Allah sehingga manusia tidak tahu membedakan manakah kehendak Allah dan
manakah yang bukan. Semuanya hanya menuruti hawa nafsunya sendiri.
4.
RUSAKNYA KEHARMONISAN ANTARA MANUSIA DENGAN ALAM
Pada mulanya Allah menciptakan manusia dan seluruh alam semesta
dalam keadaan yang harmonis dan sungguh amat baik. Alkitab mencatat, "Maka
Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik" (/TB Kej
1:31). Manusia membutuhkan alam untuk mengaktualisasikan dirinya dan alam
membutuhkan manusia untuk memelihara dan menatanya. Manusia dan alam memiliki
hubungan interdependensi yang kuat dan erat. Namun, dosa menyebabkan manusia
tidak mampu memelihara dan mengusahakan alam, tetapi justru semena-mena karena
keserakahannya. Teknologi yang dibuat manusia cenderung ditujukan untuk merusak
alam sehingga dunia sekarang dihantui oleh krisis lingkungan hidup seperti
bocornya ozon, banjir karena gundulnya hutan, efek rumah kaca, dan sebagainya
yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, kesengsaraan bahkan kepunahan
makhluk hidup, terkikisnya kekayaan, krisis air bersih, dan sebagainya.
Persoalan utama bukanlah karena alam pada dasarnya tidak baik,
tetapi karena manusia yang menyebabkan alam tidak lagi harmonis dan seimbang.
Bukankah tugas mengelola dan memelihara bumi ada pada pundak manusia (/TB Kej
1:28; 2:15)? Krisis lingkungan diciptakan oleh manusia dan membawa ancaman bagi
manusia sendiri. Bumi saat ini sedang diantar oleh manusia menuju kehancuran
dan kemusnahan.
5.
MANUSIA AKRAB DENGAN PENDERITAAN KARENA DOSA.
Waktu manusia jatuh dalam dosa Allah berfirman, "Susah
payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau
akan melahirkan anakmu, … maka terkutuklah tanah karena engkau,
dengan bersusah payah engkau akan mencari rejekimu, … dengan
berpeluh engkau akan mencari makananmu sampai engkau kembali lagi menjadi
tanah" (/TB Kej 3:16-19). Karena keberdosaannya, manusia akan akrab dengan
penderitaan fisik dan psikis seumur hidupnya. Saya tidak mengatakan bahwa sejak
bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus manusia tidak lagi akan sakit dan
menderita. Keputusan untuk mengikut Tuhan juga diiringi dengan penderitaan yang
harus dipikul. Namun, penderitaan bersama Kristus justru mendatangkan kemuliaan
surgawi, sementara penderitaan karena dosa akan mendatangkan kesengsaraan
kekal. Pengertian penderitaan di sini adalah sejak manusia jatuh dalam dosa,
Allah membiarkan manusia mengalami banyak penderitaan sehingga penderitaan
menjadi akrab dengan manusia seumur hidupnya. Akibat dosa ialah hukuman dan
penderitaan
6.
HUKUMAN KEKAL
Dosa mendatangkan maut dan kebinasaan. Allah telah menyiapkan
hukuman kekal sebagai tempat kekal manusia yang tidak kembali kepada-Nya, yaitu
neraka. Di dalam neraka, manusia mengalami keterpisahan dari Allah. Tempat ini
merupakan tempat yang mengerikan di mana manusia tidak akan pernah mati lagi
secara fisik. Ia akan menderita karena ada api yang tak terpadamkan, ratap
tangis dan kertakan gigi, ada kegelapan yang mengerikan serta ada ulat yang
terus-menerus menggerogoti tubuh manusia berdosa. Jika manusia sudah masuk
dalam neraka, ia tidak mungkin dapat keluar lagi, tidak mungkin ada kesempatan
untuk bertobat.
E.
Tujuh Dosa Maut
Apabila dikatakan tujuh dosa maut, bukan berarti dosa yang lain
tidak berakibat kepada maut. Istilah ini menunjukkan bahwa inilah jenis dosa
yang sering membuat manusia tidak mengalami kebahagiaan yang seharusnya, dan
inilah jenis dosa yang biasa akrab menghampiri setiap orang.
1.
KESOMBONGAN
Sombong bukan saja berarti seseorang begitu memamerkan apa yang
dimiliki dan tidak dimilikinya (tinggi hati), tetapi juga berarti ia tidak
percaya akan apa yang dimilikinya (minder). Kesombongan (juga minder) adalah
satu ekspresi dari sikap hidup yang berpusatkan pada diri sendiri. Dosa ini
mempunyai ciri menolak realita yang ada dan menipu diri sendiri, kemudian
menempatkan diri pada suatu keadaan yang bukan seharusnya. Amsal berkata,
"Kecongkakan mendahului kehancuran" (/TB Ams 16:18; 18:12). Bapak
gereja, Agustinus pernah berkata, "Manusia yang menyenangkan dirinya
sendiri bukanlah orang yang akan kehilangan segalanya, tetapi ia adalah orang
yang mendekati kehampaan." Kesombongan mencemari segala yang disentuhnya,
menghambat pertumbuhan rohani, dan menciptakan ketegangan baik dalam diri
sendiri maupun dalam diri orang lain.
Kesombongan adalah dosa dasar yang menyebabkan perpisahan dari
Allah, dari diri kita sendiri, dari orang lain, dan dari kemegahan hidup
sebagai orang yang menyaksikan berkat Allah. Norman Wright berpendapat bahwa
kesombongan membuat orang sukar diberkati Tuhan, dan membuat sukar membangun
keluarga bahagia.
2.
IRI HATI
Karena iri hati, Kain membunuh Habel. Sikap yang secara tiba-tiba
menjadi tidak senang atas keberhasilan orang lain, tidak senang atas kelebihan
orang lain, serta menolak untuk puas dengan apa yang dimilikinya sendiri,
itulah iri hati. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa iri hati merupakan
suatu perasaan tidak puas dengan diri sendiri dan ketidakmampuan untuk menerima
kebaikan dan kelebihan orang lain. Reputasi orang lain menyinggung harga
dirinya. Iri hati juga menunjukkan bahwa seseorang masih hidup dalam kedagingan
(/TB Gal 5:20).
3.
AMARAH
Alkitab mencatat, "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu
berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu" (/TB
Efe 4:26). Itu artinya, setiap orang bisa saja marah, tetapi bukan berarti
memendam kemarahan itu sehingga menjadi kebencian yang mendalam, dan marah itu
semakin menjadi-jadi sehingga bisa merugikan diri sendiri dan orang lain.
Kemarahan bisa timbul karena sesuatu yang kita inginkan tidak kesampaian atau
terhalangi. Seseorang menjadi marah itu normal, tetapi sikap sebagai seorang
pemarah adalah sesuatu yang tidak normal, bahkan Alkitab menganjurkan agar
menjauhi dan tidak memberi tempat pada si pemarah (/TB Ams 21:19; 29:22; 1Ko
13:5; 1Ti 3:3; Tit 1:7). Amarah yang menjadi dosa ialah jika tidak bisa
menerima kenyataan dan akhirnya melawan kenyataan dengan tindakan yang tidak
wajar. Amarah yang menimbulkan dosa adalah amarah yang muncul dan dibarengi
dengan keinginan untuk mewujudkannya, yang cenderung ingin merusak atau
menimbulkan kerusakan hubungan atau sesuatu. Marah bisa dinyatakan kepada diri
sesama juga kepada Tuhan.
4.
KETAMAKAN
Sikap egosentris manusia membentuk suatu sifat tamak. Tamak
berarti tidak puas dengan apa yang sudah dimiliki dibarengi dengan keinginan
yang kuat untuk memiliki segala sesuatu yang mungkin menjadi miliknya, walaupun
sesuatu itu bukan kebutuhannya. Jika keinginan itu menguasai diri seseorang,
tindakan untuk memperoleh sesuatu tersebut akan diikuti dengan sikap
menghalalkan segala cara. Biasanya ketamakan berakar dari keinginan untuk
menguasai harta dan perasaan kuat ingin dihargai oleh setiap orang. Paulus berkata,
"Akar segala kejahatan adalah cinta akan uang" (/TB 1Ti 6:10).
Ketamakan bukanlah sikap kristiani karena sikap ini membentuk sikap lebih
mementingkan diri dan harta ketimbang Tuhan dan sesama. Karena itu, Yesus
pernah berkata, "Berjaga-jagalah dan waspada terhadap segala ketamakan,
sebab walaupun seseorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah
tergantung dari pada kekayaannya itu" (/TB Luk 12:15).
5.
NAFSU SEKSUAL
Nafsu seksual ditunjukkan dengan gejala tidak puas terhadap
pasangan resmi yang diberikan oleh Tuhan, dan tidak tertarik pada satu pasangan
saja. Nafsu seperti ini sangat mengganggu, khususnya bila berkaitan dengan
hidup pernikahan, keluarga, dan urusan kasih sayang pribadi. Dunia sekarang
membuat nilai-nilai moral mengalami degradasi yang tajam sehingga membawa orang
semakin biasa mengumbar hawa nafsu seksualnya. Perselingkuhan, seks pranikah,
dan seks bebas menjadi semakin akrab dengan lingkungan di sekitar kita. Semakin
banyak orang yang menganggap bahwa hal mengumbar nafsu seperti bukan lagi
merupakan hal yang berdosa yang dapat mengganggu nurani seseorang. Alkitab
menjelaskan bahwa hal seperti itu tidak berkenan di hadapan-Nya. Daud jatuh
karena nafsu seksual yang disalurkan pada orang yang tidak tepat. Kejatuhan
Salomo juga bermula dari ketidakmampuan untuk menahan nafsu seksualnya. Dosa
ini rentan terjadi bagi setiap orang di sepanjang segala zaman. Tampaknya
sebagai suatu kebetulan analogi ini. Huruf mati dari nafas adalah n-f-s. Huruf
mati nafsu juga adalah n-f-s. Karena itu, setiap orang yang bernafas pasti
mempunyai nafsu. Orang perlu menguasai dirinya agar tidak terjebak dalam
nafsunya. Tidak terkecuali orang percaya, perlu betul-betul mengandalkan kuasa
Tuhan dan kesadaran diri yang penuh untuk dapat menguasai dan mengontrol nafsu
ini. Sekali manusia jatuh dalam hal ini, ia segera menjadi hamba dosa ini (/TB
Yoh 8:34), namun tentu saja pintu pertobatan tetap terbuka di dalam Yesus
Kristus.
6.
KEMALASAN
Kemalasan dapat dirumuskan sebagai tidak mau bekerja atau
mengerjakan sesuatu, segan, tidak bernafsu. Kata ini tidak saja mengandung arti
kemalasan dalam hal-hal kerohanian, tetapi juga sikap apatis dan tidak aktif
dalam kegiatan kristiani. Alkitab memberikan peringatan mengenai dosa
kemalasan. Kemalasan mendatangkan tidur nyenyak dan kemiskinan. Kemalasan
merusak dan membunuh si pemalas. Kemalasan menyebabkan cara hidup yang negatif,
hidup yang tidak berguna, dan tidak efektif.
Tuhan tidak melarang kita untuk beristirahat. Ia bahkan memberikan
hari perhentian-Nya bagi setiap orang percaya. Sebagaimana teladan-Nya setelah
berkarya menciptakan langit dan bumi, Ia berhenti pada hari ketujuh. Semut
dapat dijadikan contoh. Sebagai makhluk hidup yang begitu kecil, ia dapat
memanfaatkan energi dan sumber-sumber kehidupan secara ekonomis. Betapa
malangnya manusia yang malas. Padahal Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk
hidup yang paling mulia dari segala ciptaan-Nya. Malas adalah satu sikap di
mana seseorang tidak ingin melakukan apa pun juga. Malas juga merupakan sikap
di mana seseorang enggan untuk melakukan segala sesuatunya dengan maksimal.
Bahkan dalam perumpamaan Tuhan Yesus mengenai talenta, malas adalah sikap di
mana seseorang memiliki talenta dan karunia dari Tuhan, tetapi tidak
menggunakannya atau mendayagunakannya (/TB Mat 25:26). Sikap malas melemahkan
pikiran dan kehendak seseorang sehingga tidak memiliki aktivitas yang berarti.
Sikap malas ini membuat seseorang hanya melakukan hal-hal yang menyenangkan
saja, yang enak dan semuanya hari ini, tanpa memikirkan dengan serius masa
depannya. Alkitab mengatakan bahwa orang yang malas adalah saudara dari perusak
(/TB Ams 18:9). Orang malas punya banyak keinginan tetapi sia-sia bahkan ia
dibunuh oleh keinginannya (/TB Ams 13:4; 21:25). Sifat ini pada akhirnya akan
menyeret seseorang pada rupa-rupa kejahatan yang dilatarbelakangi kemiskinan
akibat kemalasan atau karena ingin jalan pintas. Karena keinginan yang menguasai
mereka sedangkan mereka tidak ingin bekerja keras, mereka akan terdorong untuk
melakukan kejahatan. Allah ingin agar si pemalas belajar dari semut (/TB Ams
6:6).
7.
KERAKUSAN
Kerakusan adalah ekspresi manusia yang kehidupannya hanya
mementingkan diri sendiri. Sifat ini adalah ekspresi dari seseorang yang hanya
mementingkan harta di atas segalanya. Pikirannya semata-mata tertuju kepada
perkara duniawi (/TB Fili 3:19).
F.
Jalan Keluar dari Dosa
Bapak gereja Agustinus pernah berkata, pertama, bahwa dosa itu
realitas yang tak dapat dihindari oleh manusia. Hal ini senada dengan ungkapan
Paulus yang berkata bahwa semua manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan
kemuliaan Allah (/TB Rom 3:23). Kedua, manusia secara pribadi bertanggung jawab
dan tak dapat membenarkan diri dengan berbagai alasan dan perbuatan. Semua
perbuatan dosa manusia akan mendatangkan hukuman yang mengerikan bagi manusia.
Oleh karena itu, manusia perlu mengetahui jalan keluar dari dosa.
Jalan keluar dari dosa dan hukuman dosa tidak dapat dikerjakan dan diusahakan
oleh manusia. Artinya, sekalipun manusia berbuat banyak amal dan kebajikan,
tetap saja ia tidak akan mampu membawanya bebas dari konsekuensi dosa karena
secara esensial dirinya masih berada dalam status berdosa. Manusia juga tidak
dapat terhindar dari konsekuensi dosa hanya karena melakukan banyak ibadah dan
usaha-usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah. Jalan keluar dari dosa hanya
dapat dikerjakan oleh Allah sendiri. Karya Allah, yang akhirnya disebut sebagai
jalan keluar dari dosa disebut pengampunan dosa. Pengampunan dosa itu adalah
karya Allah yang terjadi karena anugerah-Nya. Dr. BJ. Boland mengatakan bahwa
pengampuan dosa itu sekali-kali tidak berarti bahwa Allah itu membiarkan serta
memaafkan begitu saja dosa-dosa manusia.
Tetapi siapa yang pernah berhadapan dengan Salib Kristus, ia sadar
bahwa anugerah Allah itu tidaklah murah. Pengampunan dosa itu terjadi karena
Allah sendiri harus tetap menghukum dosa, oleh karena itu Yesus Kristus harus
mati demi pembebasan manusia dari dosa. Demikianlah, Allah berkata bahwa siapa
yang percaya kepada Kristus akan beroleh hidup kekal dan tidak memperoleh
hukuman (/TB Yoh 3:16). Karena itu — sekali lagi, jalan keluar dari
dosa hanya bisa diterima dalam iman kepada Yesus Kristus yang mati untuk
menebus kita dari hukuman dosa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar